PUISI "SEKOLAH MENGGAPAI AWAN"



SEKOLAH MENGGAPAI AWAN

 
Aku lahir dengan raung tangis…
Iba bunda, ayah tiada…
Mengais mimpi di padang belantara…
Terseok kaku penuh harap dan asa…

Malam bermandikan gemintang bertabur cahaya bulan…
Bulan tanpa mentari, apalah guna…
Siang cahaya menyala tumbuhkan asa…
Bergegas bangun menuju sekolah di desa…

Sekolahku beratap rumbia…
Guru-guruku hanyalah tiga…
Tak seperti sanak-sanak di kota…
Kawan-kawanku di sini hanya beberapa…

Ilmu kami bersumber dari sini…
Berpadu pengalaman kehidupan sehari-hari…
Membaca susah, menghitung apalagi…
Hanya ulet modal utama kami…
Mengais langkah puluhan kilo…
Panas dan hujan adalah kawan…
Sepatu rombeng alas mendaki…
Sampai di sekolah, keringat membanjiri…

Malam tanpa bola lampu…
Hanya suluh teman setia…
Sore bukan bermain semaunya…
Berladang bersama orang tua, itu yang dikerja…


Sekolahku menggapai awan…
Makna ambigu penuh harapan…

Sekolahku di puncak Meratus, terlindung selimut awan…
Sekolahku minim sarana, namun cita-cita boleh setinggi angkasa…
Jangankan mengenal dunia maya, menonton TV pun kami tak bisa…
Pak penjual koran tak ada yang bisa ke sini mengantarnya…
Pak guru dan Bu guru, mereka yang jadi korannya…

Para penguasa yang bijaksana…
Jeritan kami takkan mungkin sampai ke sana…
Tapi kami senang melihat kalian tersenyum riang bersama keluarga…
Menikmati beras hasil berladang kami…
Duduk tenang di kursi goyang hasil hutan kami…
Berdiri gagah di atas marmer kerajinan kami…

Sesekali ingin kalian kemari…
Melihat asrinya hutan kami…
Menapaki terjal jalan yang harus didaki…
Lebih mengasyikkan dibanding liburan ke luar negeri…

Kami tak mengharap bantuan emas…
Menjaga hutan kami, itu sudah membuat kami puas…
Harapan kami hanya pada sekolah ini…
Dan guru-guru yang sabar mendaki…
Agar kelak, anak cucu kami bisa menjadi pembesar seperti kalian…
Dan takkan lupa untuk membangun kembali...
Harapan anak-anak di sekolah menggapai awan.


Karya: Dewi Susanti

0 komentar:

Posting Komentar