Jika memperhatikan tulisan
“Menyikapi Bumi yang Makin Panas” ini, kiranya kita sangat setuju bahwa kerusakan
di muka bumi ini akibat ulah umat manusia. Keadaan bumi yang makin panas dapat
dirasakan di berbagai daerah. Tidak hanya dirasakan pada kota besar seperti
Banjarmasin, tetapi juga sudah dirasakan oleh masyarakat di kota-kota kecil
bahkan pedesaan. Global warming, adalah
frasa yang tepat untuk menggambarkan apa yang akan kita bahas kali ini.
Secara
singkat, global warming atau
pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Benar jika
dikatakan bahwa penyebab utama terjadinya pemanasan global adalah pembakaran
bahan bakar fosil seperti gas alam, minyak bumi, dan batubara. Hal ini senada
dengan temuan dari kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel
on Climate Change (IPCC) yang menyatakan bahwa beberapa jenis gas rumah
kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan
manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut.
Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil
pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit
tenaga listrik.
Penurunan populasi tumbuhan akibat penambangan
terbuka juga merupakan penyebab pemanasan global. Benar adanya jika dikatakan
bahwa egoisme manusia merupakan penyebab kerusakan lingkungan. Banyak dari kita
yang hanya memikirkan kenyamanan pribadi. Dengan iming-iming peningkatan
kesejahteraan hidup, kita rela membiarkan ratusan bahkan ribuan pohon ditebang
untuk keperluan penambangan, pabrik, dan permukiman. Bukankah kesejahteraan itu
juga untuk anak cucu kita kelak? Bukan hanya untuk kenikmatan sesaat yang hanya
dapat kita rasakan sendiri. Alangkah baiknya seandainya kita menyisakan sedikit
saja kesempatan bagi mereka untuk merasakan asri dan sejuknya pepohonan.
Pada
dasarnya, efek rumah kaca membantu agar temperatur bumi tetap hangat meski berada
di tengah-tengah ruang angkasa yang dingin. Tanpa
keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali
karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai
perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak
memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32oC. Kontributor
terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida (CO2),
metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan, nitrogen
oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan
(CFC).
Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan
CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati
akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.
Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Beberapa
gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh
sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari
molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain
seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga
ribuan kali dari CO2.
Dapat dikatakan bahwa global
warming merupakan ancaman terbesar planet bumi. Mengapa? Faktanya, pemanasan
global berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah kutub utara dan
kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton. Volume
es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun
sebelumnya. Pemanasan global juga menyebabkan meningkatnya level permukaan
laut, perubahan iklim cuaca yang semakin ekstrim, dan habisnya gletser yang
turut mengancam ketersediaan sumber air bersih dunia.
Sangat
setuju jika dikatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah tindakan
nyata. Banyak tindakan nyata yang bisa dilakukan diantaranya dengan membatasi
emisi karbondioksida dan menanam lebih banyak pohon. Peneliti dari Louisiana
Tech University menemukan bahwa setiap acre pepohonan hijau dapat menangkap karbon
yang cukup untuk mengimbangi emisi hasil dari mengendarai sebuah mobil selama
setahun. Selain itu, dapat pula dibiasakan untuk mendaur ulang (recycle) dan menggunakan ulang (reuse). Menggunakan alat transportasi
alternatif juga merupakan salah satu tindakan nyata untuk mengurangi emisi
karbon, misalnya dengan bersepeda.
Intinya, berubahlah! Solusi-solusi
yang telah dipaparkan tidak akan berarti jika hanya dijadikan bahan bacaan semata
tanpa tindakan nyata. Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di
sekitar kita. Contoh dan praktik yang kita berikan sangat penting untuk menginspirasi
banyak orang lainnya untuk turut berubah. Berikanlah informasi kepada
orang-orang di sekitar kita sehingga mereka dapat mengerti arti konsekuensi
dari pola hidup selama ini. Berikanlah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup
mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.
0 komentar:
Posting Komentar